Pipit, seorang mahasiswa yang cerdas namun pendiam, diam-diam memendam perasaan
kepada Pandu, seorang teman sekelasnya yang terkenal. Meski sering bertemu dan berbincang,
Pipit tak pernah mengungkapkan perasaannya secara langsung. Sebaliknya, dia
mengekspresikan cintanya melalui tindakan kecil yang sering kali luput dari perhatian Pandu.
Pipit, seperti hujan bulan Juni, sabar dan bijak dalam menyembunyikan perasaannya. Dia
sering menulis puisi tentang hujan dan rindu, menyimpan semua dalam buku catatannya. Setiap
kali dia bersama Pandu, dia memilih untuk menghapus jejak keraguannya dan tetap menjaga
pertemanan mereka, tanpa mengungkapkan apa yang sebenarnya dirasakannya.
Ketika Pandu mulai menyukai gadis lain, Pipit merasakan hatinya seperti direndam oleh hujan
yang dingin. Namun, dia tetap tabah, memilih untuk tidak mengungkapkan perasaannya. Dia
membiarkan semua yang tak terucapkan diserap oleh keheningan, seperti akar yang menyerap air hujan. Pipit sadar bahwa tidak semua perasaan perlu diungkapkan; beberapa cukup
disimpan dalam hati, dan dibiarkan menjadi bagian dari dirinya sendiri.